Celepuk Jawa (Otus angelinae) (Finsch,
1912)
Oleh: Jarot
Wahyudi, PEH-Murp
Burung Celepuk
Jawa (Otus angelinae) merupakan jenis burung hantu berukuran kecil dan jenis endemik Pulau Jawa berwarna coklat
kemerahan dengan garis-garis hitam warna coklat karat (Holt et.al 2020). Panjangnya hanya sekitar 16-18 cm. Beratnya sekitar 70-90 gram.
Bulu tubuhnya didominasi warna gelap dengan tubuh bagian atas berwarna coklat
keabu-abuan, bercoret rapat, dan berbecak-becak hitam. Tubuh bagian bawah
bergaris dengan coret hitam pada sekitar dada dan keputih-putihan pada bagian
perut. Alis mata berwarna putih mencolok. Iris kuning emas, paruh
kuning, kaki kuning kotor. Sekilas Celepuk Jawa hampir menyerupai saudara
dekatnya, Celepuk Reban (Otus lempiji).
Persebarannya
terbatas di wilayah dataran tinggi dari 1.500 – 2.500 mdpl. Umumnya ditemukan
di wilayah Jawa Barat seperti di Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango dan
catatan yang sangat lama dari Tangkuban Perahu, Gunung Papandayan, dan Ciremai
(Mackinnon dan Phillipps 1993, Birdlife International 2001). Tidak umum
dijumpai di dataran tinggi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Status konservasi
Celepuk Jawa adalah terancam punah akibat semakin berkurangnya habitat
alaminya, habitatnya terbatas di hutan pegunungan antara 1.500 – 2.500 mdpl,
dan perburuan. Catatan perjumpaan di hutan
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) pada bulan Oktober 2018 oleh
petugas PEH (Jarot W) menjumpai Celepuk jawa pada siang hari sedang tengger di
dahan semak petong sebanyak 1 ekor dewasa (Gambar.1). Perjumpaan ini berada di
ketinggian 2.020 mdpl dan merupakan catatan sebaran paling timur Pulau Jawa
yang ada dan perlu adanya kajian lebih lanjut.
Foto oleh:
Jarot Wahyudi, PEH-Murp
TNGMb masuk dalam kategori ekosistem
hutan tropis pegunungan yang berada di Jawa Tengah. Kawasan ini merupakan
Kawasan Penting Burung (Important Bird Area) yang membentang hingga
Gunung Merapi dengan jenis kunci (key species) Elang Jawa (Nisaetus
bartelsi) dengan status konservasi Genting (Endangered) menurut IUCN
dan dilindungi menurut Permen LHK No.
P.106/2018. Selain
Elang Jawa juga ada Rekrekan (Presbytis fredericae), Lutung Budeng (Trachypithecus
auratus), Saninten (Castanopsis
argentea) dan
Edelweis (Anaphalis javanica).
Gambar 2. Rekrekan di hutan TNGMb, hasil Monitoring Satwa Pri0ritas
Foto oleh:
Jarot Wahyudi, PEH-Murp
Kegiatan monitoring satwa terrestrial menggunakan metode kamera
trap di TNGMb
juga tertangkap foto “diduga” jenis Celepuk Jawa pada tahun yang sama (Gambar.
3).
Kamera trap yang digunakan adalah jenis kamera otomatis auto focus beresolusi
tinggi dan sensor “panas bergerak” infra merah pasif. Pemasangan kamera trap dilakukan secara bertahap,
sehingga total waktu pemasangan kamera trap berbeda-beda. Pemasangan kamera
trap dilaksanakan oleh petugas TN Gunung Merbabu bersama tenaga ahli dari
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Gambar 3. Hasil foto dari Pemasangan Kamera Trap di blok Selo Tahun 2018
Foto oleh: Dok.
Balai TNGMb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar